Search This Blog

Powered by Blogger.

TIDAK TAHU...



Tahun 2023 mengajariku banyak hal, salah satunya aku menyadari bagaimana pernyataan -tidak tahu- bisa menunjukkan kualitas hidup seseorang.

Bagi sebagian kita mengucapkan 'tidak tahu...' merupakan perkara berat sehingga menempatkan kita pada kelompok  'si paling tau',  meski seringnya ke-soktahu-an tersebut menjadi bumerang yang justru menunjukkan kebodohan diri sendiri. 

Padahal ketidaktahuan akan sesuatu tidaklah menunjukkan kebodohan ataupun kelemahan. 

Memangnya siapa sih manusia di dunia yang serba tahu? Bahkan Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sosok termulia yang senantiasa mendapat panduan langsung dari Allah Ta'ala, ketika beliau mendapatkan pertanyaan yang belum diketahui jawabannya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diam, atau meresponnya dengan mengatakan: 'La adri (aku tidak tahu)'.

Di lain sisi, ada sebagian kita yang bermudah-mudah mengatakan 'tidak tahu' atas perkara yang memang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. 
Maka, jelas hal tersebut menunjukkan kelalaian dan  juga pengabaian (atau ketidakkompetenan?). 
Ups, kita mungkin lupa bawa semua amanah, besar ataupun kecil kelak akan dihisab dengan seadil-adilnya. 

Idealnya, kita harus legawa untuk mengatakan sesuatu cukup sesuai kapasitas diri sendiri, tanpa menjadi si sok tahu atau justru si tidak mau tahu. 

Tapi begitulah, hidup memang proses belajar, yang ujiannya seperti roda berputar. Posisi di atas maupun di bawah semoga kita tak menjadi si sok pintar, hingga abai dengan hal yang benar. 

Akhirnya, aku berpesan pada diriku sendiri:
Hei Sarah, kau diberi dua telinga dan satu mulut, maka lebih cermatlah mendengar dan bijaklah berbicara. Hiduplah dengan tidak sekedar mencari bahagia, tapi menemukan makna dari setiap  cerita! 

Tanah Grogot, 22 Desember 2023

🤍
Sarah

KAMU SIH ENAK...!

KAMU SIH ENAK...! 

Pernah dijadikan objek dari kalimat tersebut? Atau justru pernah menjadi subjek yang melontarkan kata-kata tersebut? 
"kamu sih enak, anak-anakmu sudah besar, nggak riweh bangun malam, bisa punya me time, etc... "

"Kamu sih enak, pasanganmu penyayang, punya penghasilan tetap, etc... "

"Kamu sih enak, tinggal ngedraft doang, kerja nggak berat, nggak begini... Nggak begitu... "

Anyway, apalah kalimat lain semisal dan semakna dalam beragam versi, yang intinya 'memandang lebih hijau lapangan rumput milik orang lain'. 

FYI, dalam fase apapun kehidupan kita, bagaimanapun penampakan yang dilihat orang lain, percayalah setiap orang menghadapi ujiannya masing-masing. Ini dunia, nggak ada satu manusia pun yang bebas melenggang menjalani hidupnya tanpa galau dan air mata. Selalu ada persimpangan, kelokan, sandungan kerikil, bahkan gunung besar yang mungkin membuat senyummu berat untuk mengembang. 

Bedanya, ada yang kesana kemari mencurahkan isi hatinya, dan ada yang diam-diam mengeluhkannya hanya kepada Sang pemberi segala.

Dulu, ustadz kami pernah mengajari:
'Sebelum sesuatu terjadi, bertawakallah! 
Saat sesuatu sudah terjadi, ridhalah! 
Begitu konsep beriman kepada taqdir.'

Jadi, berhentilah memandang orang lain dengan kaca mata 'rumput hijau'. Just focus on your own way, keep on track, and do better than today..!

Karena sejatinya, tujuan akhir kita semua sama, berharap sebaik-baiknya tempat kembali. Dunia ini bukanlah hal yang pantas diperebutkan, hingga mengikis rasa syukur dalam hati! 

_Sebuah pengingat terkhusus untuk imanku yang sering lemah

Tanah Grogot,  September 2023

Sarah🤍

Surat Untuk Anakku...

Dulu awalnya kupikir fase terberat menjadi seorang ibu adalah kepayahan selama 9 bulan mengandung dan bertaruh nyawa ketika melahirkan sang anak ke dunia. Tapi semua kepayahan dan rasa sakit tersebut seketika lenyap tatkala mendengar tangis nyaring manusia baru yang kemudian kau dekap erat seraya membisikkan panggilan penuh cinta, 'anakku... '


Waktu berlalu, menjalani hari dengan beragam peran seraya melihat anakmu bertumbuh, mengalami kurang tidur saat memastikannya tetap nyaman dan kenyang di malam hari, makan secepat yang kau bisa, mandi ala kadarnya, mengurangi waktu 'me time' dan menjadikannya pusat kehidupan. Namun, semua tergantikan hanya saat mendengar kata pertamanya yang memanggilmu 'umi... ' dan kata pertamanya pun menjelma celoteh panjang yang seketika mencerahkan setiap hari-harimu.

 
Saat kemudian anak-anakmu bertambah, siklus berulang, dan engkau harus memastikan tak ada anak yang kekurangan perhatian.
Lagi-lagi aku berpikir, duhai rupanya inikah fase  yang paling berat ketika menjadi orangtua.
Anak-anak bergantian meminta perhatian, keributan, tangisan, dan teriakan mulai mewarnai hari-hari. Namun, waktu tetap berjalan, semua keributan mulai mereda, satu demi satu anak-anak memasuki gerbang sekolah.

 
Kau mungkin berpikir, seorang ibu akan bisa bernafas lega dan sedikit bersantai melepas sang anak menjalani hari-hari berseragamnya.
Pada kenyataannya, seorang ibu tak pernah berpangku tangan, ia selalu memastikan anak-anaknya tak kelaparan, mengenakan pakaian yang wangi dan rapi, beribadah tepat waktu, belajar dengan benar, berkawan dengan tepat, dan seterusnya...

 
Maka ketika anak-anakmu mulai berganti seragam ke jenjang selanjutnya, tantangan demi tantangan baru terus muncul bergantian.
Moodynya anak remaja, pemberontakan yang menyesakkan dada,  ingin diakui dewasa, hingga urusan cita dan cinta.

 
Aku tahu, akan datang masa saat anak-anak sungguh-sungguh akan menjadi dewasa, bukan hanya usia yang bertambah tapi juga sikap hingga tutur kata.

 
Ada masa ketika kau harus bersikap keras, ada masa  ketika rasanya ingin menyerah, namun seorang ibu tak akan pernah meninggalkan anak-anaknya. Bahkan saat ia kecewa ia justru semakin memperbanyak menyebut sang anak dalam lantunan doa-doa.
---
Maka, anakku bertahanlah sebentar dengan protektifnya kami, orangtuamu. Sungguh usia kami tak akan lama lagi, karena sejatinya usia kita niscaya akan selalu berkurang detik demi detiknya. Di waktu yang tersisa entah seberapa ini, kami tetap ingin memberikan bekal yang terbaik untukmu.

 
Bersabarlah dengan perhatian kami yang mungkin terasa membebanimu, bersabarlah dengan kekhawatiran kami yang mungkin terasa memenjarakanmu.

 
Sungguh, belasan tahun yang berlalu ketika membesarkanmu adalah amanah besar yang kelak harus kami pertanggungjawabkan. Kami tak sempurna, bahkan masih tertatih untuk terus belajar menjadi orangtua.

 
Kita memang tak bisa memilih dilahirkan sebagai siapa, tapi kita bisa memilih untuk menjalani kehidupan seperti apa.
Karena sungguh fase terberat itu adalah kelak saat ternyata kita tak bisa berkumpul di Surga-Nya.

Tanah Grogot, 29 May 2022
----

Kisah Wanita Yang Mengeluhkan Kekurangan Suaminya

Dari ustadzuna Dr. Syafiq Riza Basalamah hafidzahullah, dikisahkan seorang wanita ingin menyampaikan keluhan terhadap suaminya. 

Wanita ini lalu mengajak sang suami untuk saling menuliskan kekurangan satu sama lain pada sehelai kertas, sebagai bahan evaluasi diri. 

Wanita ini begitu bersemangat menulis kekurangan suaminya, ia mengeluhkan ini, itu, dan sebagainya. Tentu kertas si wanita pada akhirnya terisi penuh. 

Setelah keduanya saling menukarkan kertas, tibalah saat si wanita membaca apa yang dituliskan suami untuknya. Dan ia sungguh terkejut ketika mendapati kertas di tangannya putih bersih. 

Ia bergegas bertanya kepada suaminya, apa maksud dari kertas kosong tersebut. 
Dan tahukan anda apa jawaban sang suami, "Ya, kertas itu memang kosong karena aku menerimamu apa adanya."

MasyaAllah... 

Pada kisah ini aku berkaca, tabiat wanita itu memang bengkok, suka mengeluh dan juga kepo😅. 

Tidak heran jika Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa sebagian besar penghuni neraka itu wanita, bukan karena kurang ibadah, tapi karena sering mengingkari kebaikan suaminya. 

Menghadapi istri dengan segala rupa karakter 'kebengkokan'nya, hendaknya para suami juga berpegang erat pada hadist Rasulullah ﷺ "Janganlah seorang Mukmin membenci wanita Mukminah, apabila ia membenci salah satu perangainya, niscaya dia akan ridha dengan perangainya yang lain."

Coba contoh deh kisah di atas! 
Bayangkan saja jika wanitamu sudah menggebu-gebu mengeluhkan ini itu, trus disuguhi kata-kata tulus begitu, yakin dia nggak lumer? 😆

Pada akhirnya, membangun cinta haruslah menyadari bahwa setiap manusia pasti memiliki kekurangan sekaligus kelebihannya. Ketimbang fokus pada kekurangan pasangan yang bikin kita jadi nggak bersyukur, fokus saja pada kebaikan-kebaikannya, meski kamu rasa kecil. 
Kebaikan kecil yang kamu syukuri insyaallah akan membawa banyak kebaikan lainnya. 

Terakhir, aku kutipkan perkataan Imam asy-Syafi’i, “Mata kerelaan itu buta terhadap segala aib sebagaimana mata kebencian membuka keburukan.”

Semoga Allah Ta'ala karuniakan kita samara bersama pasangan halal masing-masing. 

_(Self reminder Jelang 15 tahun bersama)_ 
#ntms #selfreminder #mystory #husbandandwife

Wanita (TIDAK) Selalu Benar

Di salah satu grup kajian, seorang  muslimah mengajukan sebuah tanya, "Apakah istri juga durhaka ketika marah-marah hingga berkata kasar kepada suaminya yang kedapatan berselingkuh berkali-kali?"

Kebanyakan kami (atau saya saja? ), sebagai bentuk solidaritas sesama perempuan kemudian berpikir tentu saja kemarahan seorang istri yang diselingkuhi adalah sebuah kewajaran. Siapa yang tak marah jika kepercayaan dikhianati?

Namun, tentu saja jawaban orang yang dipenuhi ilmu akan jauh berbeda. Ustadzuna, Junaid bin Ibrahim Iha, Lc menjawab bahwa sikap tersebut adalah salah satu bentuk kedurhakaan istri kepada suami, karena memposisikan dirinya seperti hakim yang menghakimi suaminya.
Ustadz Junaid juga mengingatkan bahwa seharusnya seorang istri tetap bersikap sopan dan menaati suami dalam hal-hal yang bukan haram, adapun yang berkaitan dengan dosa suami maka itu kelak akan dipertanggungjawabkan sang suami sendiri di hadapan Allah Ta'ala.

"Ingat bahwa istri tidak akan ditanya tentang kemaksiatan suami namun akan ditanya tentang ibadah dan perlakuannya kepada suaminya." Lanjut beliau.

Beliau juga menambahkan sekiranya sang istri tersebut tidak sanggup hidup dengan suaminya karena sudah tidak bisa lagi melaksanakan kewajibannya maka dia boleh mengajukan gugatan cerai.
____
Jika masih ada kaum muslimin yang percaya pada pernyataan 'wanita selalu benar', maka mungkin hadist berikut belum sampai kepada mereka:
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?”
Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!”
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”
(HR. Ath Thabarani)
.
Wanita, setinggi apapun pendidikan dan karirnya, tetap saja harus mampu 'menelan' ego di depan suami. Salah satu ciri wanita ahli surga itu,  ketika ia marah, diperlakukan buruk, atau suaminya marah kepadanya, ia selalu menjadi pihak yang meminta maaf lebih dahulu.
Bagaimanapun fitrah suami adalah untuk ditaati bukan dimarah-marahi, maka sudah sewajarnya istri berbesar hati meminta maaf dan suami seyogianya memiliki kapasitas ilmu untuk mampu membimbing dan mengayomi.

Itulah kenapa, kita harus memilih suami berdasarkan agama dan akhlaknya, bukan cuman ganteng dan hartanya.
Karena suami yang baik pemahaman agamanya, pasti mengamalkan hadist Rasulullah, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya”.

Oh ya baik kepada istri juga nggak berarti membiarkan istri semaunya, (sudahlah tabiat wanita itu bengkok, jika dibiarkan niscaya akan semakin bengkok), tapi membimbingnya dengan lemah lembut.

Suami yang berakhlak mulia, dan istri yang senantiasa meminta maaf, sounds great ya?
Semoga kita dikarunia pasangan dan menjadi pribadi yang demikian.

Btw, jangan berkecil hati, jika kehidupan rumah tangga kita masih jauh dari kata ideal. Menikah itu ibadah sepanjang usia pernikahan. Luruskan niatkan kita setiap waktu, dan fokuslah pada kewajiban kita masing-masing, alih-alih senantiasa menuntut hak dipenuhi.

Karena saat niat ibadah hilang, maka kita akan senantiasa mengedepankan ego, dan jika sudah demikian, maka hanya tinggal menunggu waktu rumah tangga ambyar tak bersisa.

Tentu saja, terus menambah ilmu agama akan menjadi kekuatan dalam menghadapi beragam ujian pernikahan. Karena penopang utama keutuhan rumah tangga itu bukanlah cinta, melainkan agama.

Semoga Allah Ta'ala karuniakan kita pasangan yang menjadi penyejuk mata dan penentram jiwa.

Tanah Grogot, Juli 2021

Salam,

🤍

Sarah binti Hasan


Jangan Mencela, Bahkan Pada Orang Yang Pantas Dicela!

 JANGAN MENCELA, BAHKAN PADA ORANG YANG PANTAS DICELA!

Ditengah kecamuk ujian demi ujian yang semakin merata di pelosok negri, tak salah jika kita berharap bahwa pemimpin mampu benar-benar bertindak menjadi pengayom masyarakat.
Namun, saat kenyataan tak semanis janji-janji tak semestinya kita kecewa membabi buta hingga latah mencela.



Sejarah mencatat Al Hajjaj bin Yusuf pernah berkuasa dengan kejam. Ia disebut-sebut bertanggung jawab atas tumpahnya darah ribuan jiwa.
Namun, saat Muhammad bin Sirin (salah satu ulama tabi'in) mendengar seseorang mencela al-Hajjaj bin Yusuf, ia mengingatkannya dengan berkata:
“Di akhirat nanti, dosa terkecil yang pernah kau lakukan lebih berat bagimu dari dosa terbesarnya al-Hajjaj. Ketahuilah bahwa Allah itu Maha Bijaksana dan Maha Adil. Kalau Allah menyiksa al-Hajjaj atas kezalimannya terhadap orang lain, pasti Allah juga akan mengadzab seseorang yang menzalimi al-Hajjaj. Karena itu, jangan sibukkan dirimu dengan mencela seorang pun.”

Pemimpin zalim akan dihisab sebagaimana kita akan dihisab.
Pemimpin zalim akan mempertanggungjawabkan kezalimannya, sebagaimana kita juga akan dimintai pertanggungjawaban atas semua perbuatan kita, termasuk celaan-celaan yang kita lontarkan bahkan saat kita dizalimi.

Normatifnya orang beriman tentu meyakini Kemahaadilan Allah Ta'ala.
Namun, hawa nafsu kerap sukar dikalahkan hingga kita bisa saja terjerumus pada kesalahan-kesalahan berulang, termasuk urusan cela mencela, baik itu pemimpin ataukah sesama rakyat jelata.
Allahu musta'an

#Catatan ini kutuliskan terutama sebagai pengingat bagi diriku sendiri.

Apa Yang Kau Pikirkan Setiap Melihat Matahari Terbit di Pagi Hari?

 APA YANG KAU PIKIRKAN SETIAP MELIHAT MATAHARI TERBIT DI PAGI HARI?

Matahari yang terbit setiap pagi adalah matahari yang sama, namun selalu memberi rasa dan panorama berbeda. Entah kenapa.



Aku kerap teringat bagaimana matahari meminta izin kepada Allah Ta'ala untuk terbit dari Timur setiap harinya. Sampai kemudian akan tiba suatu waktu, dimana Allah memerintahkan Matahari untuk terbit dari tempat tenggelamnya.
Dan, matahari pun terbit dari Barat.

Saat itu, kiamat benar-benar di depan mata.
Manusia yang belum beriman berbondong-bondong menyatakan keimanan karena akhirnya meyakini datangnya kiamat.
Manusia beriman yang sebelumnya menyia-nyiakan amal shalih seketika bertaubat dan bergegas beramal.
Lantas, apakah keimanan dan taubat mereka saat itu diterima?

Sayangnya, tidak.
Keimanan dan taubat tidak lagi berguna karena dilakukan di saat terpaksa.
Kecuali, bagi orang-orang beriman yang sebelum matahari terbit dari Barat memang telah beriman dan beramal shalih.

Bagiku, dalam setiap pesonanya, matahari yang terbit dari Timur selalu mengingatkan untuk segera mentaubati dosa-dosa, karena siapa yang bisa menjamin esok hari ia masih terbit dari tempat yang sama.
Bagaimana denganmu?

Kemarahanmu, Karakter Aslimu?

 

Kata orang jika ingin melihat karakter asli seseorang lihatlah sikapnya ketika marah.
Jika kemarahan menghilangkan adabnya, maka demikianlah karakter aslinya.
Benarkah demikian?



Pada dasarnya marah adalah tabiat manusiawi, sehingga tidak terlarang, bahkan ada marah yang bernilai ibadah, yakni marah karena Allah.
Pun demikian kemampuan mengendalikan amarah nyatanya adalah perkara berat sehingga tak heran memiliki keutamaannya sendiri.
Nabi sholallahu 'alaihi wasallam pun mengatakan "Orang hebat bukanlah orang yang selalu menang dalam pertarungan. Orang hebat adalah orang yang bisa mengendalikan diri ketika marah. "
Nabi juga mengabarkan bagaimana Allah Ta'ala kelak akan membanggakan orang-orang yang berusaha menahan amarahnya padahal dia mampu meluapkannya, di hadapan seluruh makhluk.
MasyaAllah, siapa tak ingin menjadi orang yang dibanggakan Allah Ta'ala?

Namun, seringnya kemarahan membuat kita lupa diri sehingga lupa dengan semua teori yang kita ketahui. Bahkan pada doa pendek yang sangat tidak asing kita dengar:
"A'uudzu billahiminassyaithanirrajiim"
-Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk-
Inilah doa yang diajarkan Nabi sholallahu 'alaihi wasallam untuk menghilangkan rasa marah dalam diri kita.

Maka bagaimana saya tak salut, pada orang-orang yang ketika ia marah, ia menahan lisan dan tangannya dengan kuat.
MasyaAllah...
Semoga Allah Ta'ala mudahkan kita semua untuk mengendalikan diri, sehingga kita tak menyesali hal-hal yang kita ucap dan lakukan dalam kemarahan.

------- Tanah Grogot, 05 Januari 2021

Ingin Masuk Surga dan Terhindar Dari Neraka? Mintalah Hal Ini Minimal 3 Kali!

Sebagai hamba, kita membutuhkan banyak ikhtiar untuk mendapatkan ridho Allah ta'ala hingga selamat dari azab neraka. Kita tak pernah tahu entah amal yang mana yang akan menyampaikan kita ke pintu surga.

Referensi pihak ketiga

Salah satu amalan yang bisa kita lakukan adalah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berikut ini. sebuah amalan yang mudah dilakukan namun memerlukan keyakinan yang kuat.

Ustadz Ammi Nur Baits melalui laman konsultasisyariah.com menjelaskan dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berkata:

”Siapa yang meminta surga 3 kali, maka surga akan berkata: ’Ya Allah, masukkanlah dia ke dalam surga.’

Dan siapa yang memohon perlindungan dari neraka 3 kali, maka neraka akan berkata: ’Ya Allah, lindungilah dia dari neraka.” 

Lebih lanjut Ustadz Ammi Nur Baits menjelaskan bahwa dalam riwayat ini tidak disebutkan sebuah teks doa khusus, sehingga kita bisa meminta surga dengan kalimat permohonan apapun. Termasuk dengan bahasa yang kita pahami, semisal 'Ya Allah, aku memohon surga', atau 'Ya Allah, lindungilah aku dari neraka'.

Kita bisa pula membacanya kapanpun dan dimanapun, khususnya di waktu-waktu mustajab. Adapun batasan angka, yakni 3 kali maknanya untuk mendapatkan keutamaan itu, kita baca minimal sebanyak 3 kali, dan maksimal tanpa hitungan.

Semoga kita bisa mengamalkannya dan memperbanyak doa ini dalam keseharian kita.

Referensi pihak ketiga


Sumber Referensi:

konsultasisyariah.com

Tag : , ,

Ketika Nasehat Justru Semakin Mengeraskan Hati

Disadari atau tidak, kematian seseorang tentunya semakin dekat dari waktu ke waktu. Dan seringnya bagaimana seseorang menjemput ajalnya adalah sebagaimana ia menjalani hari-harinya.

Referensi pihak ketiga

Tersebutlah seorang pemuda muslim yang kesehariannya sangat jauh dari agama. Sehari-harinya pemuda ini bergaul bebas dan meniru semua perilaku kebarat-baratan yang menurutnya keren meski banyak melanggar rambu-rambu syariat.

Nasihat keluarga, kerabat, dan kawan-kawan tak bisa mengubah tabiatnya. Hatinya justru semakin keras, Ia bahkan semakin bersikap keterlaluan dan menghina agamanya sendiri.

Suatu hari ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, tentu sembari memutar lagu-lagu barat sebagai teman perjalanan. Qodarullah, sang pemuda mengalami kecelakaan lalu lintas, orang-orang yang berkerumun menyangka ia sudah meninggal dunia.

Seorang yang shaleh yang juga berada di tempat kejadian datang mendekat dan menyadari bahwa pemuda itu sedang diambang maut. Ia berpikir untuk mentalqinnya dengan ucapan 'La ilaaha illallaah', karena barangsiapa yang akhir ucapannya di kehidupan dunia ini adalah laa ilaaha illallaah, maka ia akan masuk surga.

Ia pun mendekat dan berkata, “Hai saudaraku! Ucapkanlah laa ilaaha illallaah!”

Namun pemuda itu dengan sisa nafas terakhirnya justru mengucapkan kalimat yang mengerikan, kalimat yang biasa ia ucapkan sehari-hari tatkala orang-orang menasehatinya dalam kebaikan.

Beginilah ucapannya, “Aku tidak akan pernah melakukan shalat dan tidak akan pernah berpuasa. Sungguh terlaknat agamamu”.

Naudzubillah min dzalik.

Ya, pemuda ini jika dinasehati keluarga atau sahabatnya untuk melaksanakan sholat, puasa, dan bertaubat kepada Allah, niscaya ia membalas dengan mencela dan mengejek agama.


Bagi saya pribadi, kisah ini memberi banyak pengajaran,  untuk berhati-hati dengan lisan dan apa yang kita ucapkan. Jangan sampai lisan kita terbiasa dengan kalimat-kalimat buruk yang kelak di akhirat akan sangat kita sesali.

Sungguh saat ruh telah berpisah dari raga, maka tak lagi sebuah penyesalan berguna.

Semoga kita mengambil pelajaran dan semoga Allah tunjukkankan kita pada jalan yang lurus.

---

Sumber referensi:

Kisahislam.net

Ulama Yang Mengelus Singa dan Esensi Pamer

Sudah mahsyur bahwa banyak para ulama tabi'in dan ulama-ulama setelahnya dikaruniai karomah yang dengannya maka semakin kuat keimanannya kepada Allah Ta'ala. 

Tentu jauh berbeda dengan para wali-wali syetan yang bersekutu dengan jin untuk kemudian memperdaya manusia lainnya.

Referensi pihak ketiga

Salah satu kisah masyhur adalah ulama yang bisa menundukkan singa. Seperti halnya maula Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, Safinah radhiallahu 'anhu yang juga mampu menundukkan singa.

Dikisahkan Sufyan Ats-Tsauri dalam perjalanan haji bersama Syaiban Ar-Ra'i. Di sebuah jalan mereka dihadang oleh seekor singa yang besar. 

Manusiawi jika timbul rasa gentar melihat binatang buas tersebut. Sufyan berkata kepada Syaiban “Tidakkah kamu melihat binatang buas ini? Dia telah menghadang kita!’

Syaiban kemudian menjawab, "Jangan takut, wahai Sufyan!’ 

Lalu, ia memanggil singa itu dan memegang ekornya. Kemudian, singa itu menggerak-gerakkan ekornya seperti anjing. Syaiban memegang telinga singa tersebut lalu mengelus-elusnya.

Saat itu Sufyan sontak berkata, ‘Untuk apa kamu pamer semacam ini?’

Syaiban menjawab, ‘Wahai Sufyan, pamer mana yang kamu pertanyakan? Kalau bukan karena aku benci pamer, tentu aku tidak akan membawa bekal perjalananku ini ke Mekkah kecuali di atas punggung singa ini.’”


Sahabat, orang-orang shalih yang diberi kelebihan niscaya tak suka menunjukkan kelebihannya kecuali seperlunya dan sesuai kebutuhan. 

Semoga kita bisa mengambil ibroh dari kisah singkat ini, bahwa apapun kelebihan yang kita miliki tak selayaknya dipamerkan kepada orang lain. Karena tidaklah Allah menganugerahkannya kepada kita kecuali untuk menambah keimanan dan ketawadhuan kita sebagai hamba.

Semoga menginspirasi!

---

Sumber Referensi:

99 Kisah Orang Shalih, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Darul Haq, Cetakan ke-5, Shafar 1430/2009.

Tag : ,

Umar keheranan, Para peminta-minta sama sekali tak terlihat di saat panceklik. Ternyata

Sejatinya pemimpin bukanlah raja yang harus dilayani dan dituruti membabi buta. Esensi seorang pemimpin justru adalah pelayan rakyat. Dan seorang pemimpin kelak akan menghadapi hisab yang berat atas semua yang dipimpinnya.

Mari sedikit merenung dari kisah indah yang tercatat dalam sejarah.

Referensi pihak ketiga

Pada akhir 18 H, di masa kekhalifahan Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu terjadilah musibah paceklik.

Kekeringan melanda seluruh bumi Hijaz, hingga rakyat mulai merasakan sangat kelaparan. Kota Hijaz benar-benar kerontang hingga penduduk banyak yang mengungsi ke Madinah dan mereka tidak lagi memiliki bahan makanan sedikitpun.

Umar mendengar perihal tersebut, beliau radhiallahu 'anhu segera membagi-bagikan makanan dan uang dari baitul mal hingga gudang makanan dan baitul mal kosong total.

Umar bahkan tak menyisakan makanan layak bagi dirinya sendiri. Ia menolak memakan daging dan susu. Sebagai gantinya beliau hanya makan roti dan minyak sehingga kulitnya berubah menjadi hitam dan kurus. Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.”

Setiap hari Umar Radhiyallahu ‘anhu mengontrol rakyatnya di Madinah dan menemukan bahwa tidak seorangpun yang tertawa, ataupun berbincang-bincang di rumah sebagaimana biasanya. Anehnya lagi Umar Radhiyallahu ‘anhu tidak pula menemukan orang yang meminta-minta.

Beliau mencari tahu apa yang terjadi, seseorang berkata kepadanya: “Mereka pernah meminta tetapi tidak ada yang dapat diberikan, akhirnya mereka tidak lagi meminta. Sementara mereka benar-benar dalam keadaan yang menyedihkan dan sangat memprihatinkan, sehingga mereka tidak lagi bisa berbincang-bincang ataupun tertawa.”

Subhanallah, kondisi rakyat saat itu sungguh memprihatinkan.

Akhirnya Umar Radhiyallahu ‘anhu mengirim surat kepada Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu di Bashrah dan ‘Amru bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu di Mesir yang isinya: “Bantulah umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam! Mereka hampir binasa.”

Kedua gubernur ini segera mengirimkan bantuan ke Madinah dalam jumlah besar, terdiri dari makanan dan bahan pokok berupa gandum. Begitulah mereka bertahan selama 9 bulan, sebelum kondisi berangsur-angsur kembali normal.

Pada Umar, harusnya setiap pemimpin belajar agar selalu ada bersama rakyatnya dalam kondisi apapun juga. Kisah ini juga mengajarkan kita bahwa kesulitan bisa teratasi jika kaum muslimin saling tolong menolong satu sama lain.

Mari kita memulainya dari lingkungan sekitar kita, semoga tak ada lagi tetangga kita yang merasakan kelaparan.

Referensi pihak ketiga

Sumber Referensi:

almanhaj.or.id

Tag : ,

Tangisan Umar Saat Mendengar Alasan Seorang Wanita Memaksa Menyapih Anaknya

Kita sudah tak asing dengan perhatian Umar bin Khattab saat menjabat sebagai khalifah, bahkan termasuk pada para bayi.

Referensi pihak ketiga

Dikisahkan, suatu malam sebagaimana kebiasaannya, Umar senantiasa berjaga mencari tahu kondisi rakyatnya. 

Malam itu ia mendengar tangisan seorang bayi. Umar Radhiyallahu ‘anhu pun segera menuju suara tangisan itu dan berkata kepada ibunya: “Takutlah engkau kepada Allah Azza wa jalla dan berbuat baiklah dalam merawat anakmu”.

Namun, Umar masih jua mendengar tangisan bayi itu hingga penghujung malam, Umar Radhiyallahu ‘anhu segera mendatangi bayi itu dan berkata kepada ibunya: “Celakalah engkau, sesungguhnya engkau adalah ibu yang buruk, kenapa aku masih mendengar anakmu menangis sepanjang malam?”

Wanita itu menjawab: “Hai tuan, sesungguhnya aku berusaha menyapihnya dan memalingkan perhatiannya untuk menyusu tetapi dia masih tetap ingin menyusu.” 

Umar Radhiyallahu ‘anhu bertanya: “Kenapa engkau akan menyapihnya?”

Wanita itu menjawab: “Karena Umar Radhiyallahu ‘anhu hanya memberikan jatah makan untuk anak-anak yang telah disapih saja”.

Umar terhenyak, dan menyadari bahwa usia bayi itu baru beberapa bulan saja. Maka ketika mengimami shalat subuh, bacaan Umar Radhiyallahu ‘anhu nyaris tidak terdengar jelas oleh para makmum disebabkan tangisnya.

Umar berkata pada dirinya, “Celakalah engkau hai Umar Radhiyallahu ‘anhu , berapa banyak bayi-bayi kaum Muslimin yang telah engkau bunuh”.

Setelah itu ia menyuruh salah seorang pegawainya untuk mengumumkan, “Janganlah kalian terlalu cepat menyapih anak-anak kalian, sebab kami akan memberikan jatah bagi setiap bayi yang lahir dalam Islam”.

Umar memberlakukan aturan ini di seluruh daerah kekuasaannya.

Masyaallah...

Bagaimana kita tidak rindu dengan pemimpin seperti beliau radhiallahu 'anhu?

---

Sumber Referensi:

almanhaj.or.id

Tag : ,

Merasa Lebih Baik Dari Orang Lain? Waspadai Virus Kesombongan, Ingat 2 Hal Ini!

Setiap kita mungkin pernah dihinggapi kesombongan meski kadarnya berbeda-beda. Padahal Rasulullah sudah mengingatkan setiap muslim, bahwa tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan meski hanya seberat debu.
Astaghfirullah, berat ya. Bagaimana jika kita suka dengan sepatu branded atau pakaian indah, apakah termasuk kesombongan?


Referensi pihak ketiga
Dulu, para sahabat pun bertanya kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, ‘Sesungguhnya setiap orang suka memakai baju yang indah, dan alas kaki yang bagus apakah ini termasuk sombong?’.
Coba perhatikan jawaban Rasulullah, ‘Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain’.

Referensi pihak ketiga
Begitulah, kesombongan itu bukanlah dari tampilan fisik, tapi urusan hati. Orang yang merendahkan manusia lain, karena ia merasa lebih mulia, lebih baik dari orang lain.
Jika terbersit di hati kita yang demikian, Ingatlah pesan seorang ulama, yaitu Abdullah Al-Muzani rahimahullah, beliau berkata,
“Jika iblis memberikan was-was kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka perhatikanlah:
  1. Jika ada orang lain yang lebih tua darimu, maka seharusnya engkau katakan, ‘Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan beramal shalih dariku, maka ia lebih baik dariku’.
  2. Jika ada orang lainnya yang lebih muda darimu, maka seharusnya engkau katakan, ‘Aku telah lebih dahulu bermaksiat dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka ia sebenarnya lebih baik dariku’.
Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat orang yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.”
Masyaallah, mengingat 2 hal tersebut niscaya meruntuhkan kesombongan di dalam hati. Bahkan bisa jadi kita tersedu-sedu mengingat banyaknya kekurangan diri dan dosa yang terus bertambah.
Semoga kesadaran yang demikian membuat kita (khususnya saya pribadi) lebih bersemangat untuk memperbaiki diri. Insyaallah.
---
Sumber Referensi:
muslim.or.id
Tag : , ,

3 Nasehat Salman Al Farisi Ini 'Menampar' Manusia Yang Banyak Omong

Lisan adalah apa yang paling sering menjerumuskan kita pada kelalaian dan kesalahan. Yang setelah terucapkan, tak jarang kita menyesalinya dalam banyak cara. Maka tak heran, jika muncul pepatah bahwa diam adalah emas.
Adalah Salman al-Farisi radhiallahu 'anhu, beliau adalah salah satu sahabat Nabi shalallahu 'alaihi wasallam yang terkenal sebagai ahli strategi di perang Khandak.
Suatu hari seorang lelaki mendatangi Salman al-Farisi radhiallahu ‘anhu untuk meminta Nasehat. Salman kemudian menjawab singkat dengan mengatakan, “Jangan berbicara!”
Lelaki itu menjawab, “Seseorang yang hidup di tengah-tengah manusia tidak mampu untuk tidak berbicara.”
Maka Salman berkata, “Jika engkau berbicara, bicaralah dengan kebenaran, atau jika tidak diamlah.”
Lelaki itu mengangguk dan kemudian meminta tambahan nasihat lainnya. Salman kemudian berkata, “Jangan marah!”
Lelaki itu berkata, “Bagaimana jika seseorang berbuat sesuatu yang membuatku tidak bisa menahan diri?”
Maka Salman berkata, “Kalau engkau marah, tahanlah lisan dan tanganmu.”
Lelaki itu mengangguk dan kembali meminta tambahan nasihat. Salman kemudian berkata lagi, “Janganlah engkau bergaul dengan manusia!”
Si lelaki menjawab, “Orang yang hidup bersama manusia tidak bisa tidak bergaul dengan mereka.”
Maka Salman berkata, “Jika engkau bergaul dengan mereka, jujurlah dalam berucap dan tunaikanlah amanat.”
----
Tiga nasehat Salman Al Farisi ini sejatinya berlaku sepanjang masa, termasuk bagi kita semua generasi akhir zaman. Sungguh menjaga lisan dari berkata bohong, mencela, atau berlaku dzalim adalah perkara sukar kecuali bagi orang-orang yang memiliki kebeningan jiwa. Terutama di mana kemajuan teknologi membuat kita bebas terhubung dengan siapa saja, termasuk mengomentari segala sesuatu bahkan yang tidak kita ketahui, kecuali sedikit.
Semoga tulisan singkat ini menjadi pengingat bagi kita semua, khususnya diri saya sendiri.
wallahu a'lam

----
Tanah Grogot, Masa Pandemi Covid-19, 14 Ramadhan 1441 H
Tag : ,

Amalannya Biasa Saja, Tapi Dikabarkan Nabi Sebagai Penghuni Surga. Ternyata

Sebagai muslim sudah menjadi bagian aqidah kita untuk menyakini apa-apa yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, karena segala perkataan beliau adalah bersumber dari wahyu.

Referensi pihak ketiga
Salah satunya ketika Nabi shalallahu 'alaihi wasallam mengabarkan kepada sahabat-sahabatnya, ‘Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga.’
Mengikuti perkataan Nabi lewatlah sorang laki-laki dari Anshar di hadapan mereka dengan bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.
Selama 3 hari berturut-turut Nabi mengabarkan hal serupa, dan selalu lelaki Anshor itu lewat dengan keadaannya sebagaimana pertama dilihat para sahabat lainnya.

Referensi pihak ketiga
Adalah Abdullah bin Amr bin Ash yang kemudian merasa penasaran dan kemudian mengikuti lelaki Anshar tersebut, penghuni surga yang masih berjalan di bumi. Abdullah mengemukakan sebuah alasan agar diizinkan bermalam 3 malam di rumah lelaki Anshor tersebut, dan lelaki itu pun mempersilahkannya.
Selama tiga hari tiga malam menginap, Abdullah bin Amr bin Ash merasa bingung apa keutamaan lelaki ini, sampai Nabi mengabarkannya sebagai penghuni surga. Padahal selama masa itu ia tidak pernah mendapatinya sedang qiyamul lail, hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu.
Abdullah hampir meremehkan amal lelaki Anshor itu karena merasa tak ada yang istimewa, akhirnya ia menceritakan dengan jujur tujuannya menginap di rumah lelaki tersebut setelah menceritakan perkataan Nabi.
"Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?’
Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, ‘Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.’
Abdullah bin Amr berkata, ‘Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya’.”

kisah ini mengajari kita sebuah amalan penghantar ke surga, terlihat sepele namun sedikit yang mampu mengamalkannya, memiliki hati yang jernih, yang tak pernah iri ataupun hasad kepada sesama muslim lainnya.
Meski tak mampu menyamainya, semoga kisah ini cukup menginspirasi agar kita mulai membenahi hati.
Semoga bermanfaat!

Referensi pihak ketiga

Sumber Referensi:
kisahmuslim.com/440-menjadi-penghuni-surga-karena-tidak-hasad.html

Sedekah 1 kg Tepung, Aktor Ini Diremehkan. Saat Lihat Isinya Orang-orang Miskin Menangis



Di masa senang, apalagi di masa sulit seperti saat ini selalu ada orang-orang 'bermental miskin' hingga bantuan dan sedekah tepat sasaran agak sukar dilakukan. Banyak masyarakat yang 'gelap mata' dengan beragam bantuan hingga dengan segala daya upaya berusaha mendapatkan bantuan tersebut bahkan jika terpaksa harus mengaku miskin atau memalsukan data, hingga terkadang orang yang benar-benar membutuhkan justru tidak mendapatkan bagian.

Referensi pihak ketiga
Baru-baru ini Amir Khan mendadak jadi perbincangan hangat publik. Aktor 55 tahun ini disinyalir merupakan aktor dibalik sedekah tepung yang fenomenal.
Disebutkan bahwa Ia mengirimkan truk berisi tepung dengan kemasan 1 kg ke pinggiran New Delhi dan mengijinkan setiap warga yang membutuhkan untuk mengambilnya. Khususnya warga miskin yang terdampak Lockdown di masa pandemi Covid-19.
Namun tampaknya, 1 kg tepung bukanlah bantuan yang diminati masyarakat luas, apalah arti sekilo tepung pikir kebanyakan orang. Maka begitulah, bantuan itu sepi peminat.
Yang datang, hanya masyarakat yang benar-benar membutuhkan yang tahu benar betapa berartinya sekilo tepung. Orang-orang yang benar-benar tidak mampu tetap menghargai sekilo tepung itu karena mereka memang membutuhkannya untuk membuat makanan.
Dan bisa dibayangkan betapa terkejutnya mereka ketika tiba di rumah dengan bantuan sekilo tepung tersebut. Ternyata donasi tersebut bukanlah sekedar 1 kg tepung biasa. Di dalamnya, disisipkan uang tunai sebesar 16.000 Rupee yang setara sekitar 3 juta rupiah.
Masyaallah.
Amir Khan, belakangan mengkonfirmasi bahwa dia bukanlah sosok yang berada di belakang bantuan luar biasa tersebut. Meski sampai saat ini tidak diketahui siapa donatur tersebut, namun ia telah melakukan aksi mulia nan cerdas dengan memahami psikologis kebutuhan manusia, begitulah caranya memastikan agar bantuannya sampai ke tangan yang tepat, mereka yang benar-benar membutuhkan bukan yang sekedar merasa membutuhkan.
Di beragam situasi selalu ada hikmah terselip. Termasuk di masa-masa sulit seperti saat ini. Dimana hampir seluruh dunia merasakan dampaknya terhadap perekonomian masyarakat. Namun, kebaikan selalu punya tempat, dan kisah ini adalah salah satunya.
Semoga menginspirasi!
---
Sumber Referensi:
intipseleb.com

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -