Search This Blog

Powered by Blogger.

Archive for January 2016

satu ayat yang disampaikan, sudahkah diamalkan???

Makin ke sini,  makin sering menjumpai orang-orang yang "berkostum" beriman,  dimana kostum tersebut ditunjang pula dengan untaian kata-kata "berisi" lagi penuh nasehat.
Melalui perantara kata-kata mereka tak hanya satu dua orang yang mendapatkan hidayah.Memulai kehidupan baru dengan kualitas iman yang (إن شاء الله )lebih baik.

Namun,  satu dua dari mereka ini justru terkadang lalai mengamalkan ilmu yang kerap mereka dakwahkan tersebut. sungguh alangkah meruginya, jika kita termasuk golongan ini, golongan orang-orang yang menjadi perantara bagi orang lain menuju surga,  sementara diri kita sendiri dilemparkan ke neraka.

Makin ke sini lagi,  Ghiroh "Sampaikanlah walau satu ayat" ini makin terdukung.  Ditunjang dengan aneka gadget canggih yang menghubungkan kita dengan era medsos dalam sekali ketuk.

Dan segala informasi,  termasuk ilmu dien menjadi begitu mudah kita dapatkan. Ayat-ayat,  hadist,  dan artikel bermanfaat bertebaran,  hingga kebiasaan see and share berlangsung dalam satu ketukan jari, bahkan sebelum artikel tersebut tuntas kita baca. Alangkah wow nya...

oh hai, saya tak bermaksud rese,  apalah lagi sok yes. Saya hanya sedang menasehati diri saya sendiri. Saya teringat bagaimana para shahabat yang belajar pada sumbernya langsung,  tidak pernah tergesa-gesa.Bagaimana para shahabat tidak akan berpindah ke ayat lainnya,  sebelum mereka benar-benar memahami dan mengamalkan satu ayat.

Maka,  sebaiknyalah ketika kita menyebarkan sebuah kebaikan kita telah dulu melaksanakannya, hingga kita tak hanya menjadi perantara,  tapi juga menjadi bagian dari orang-orang yang mendapatkan keutamaan. 

الله أعلم
Tag : ,

Dibalik perceraian

Dunia ini memang sudah renta,  hingga sebuah mahligai cinta yang sah nyaris tak punya makna. Kata talak a.k.a perceraian tak lagi menjadi hal tabu dan langka.

pernikahan seumur jagung hingga pernikahan seumur pohon tamar (yang konon bisa berusia hingga 200 tahun), tak luput dari perceraian. Dari alasan ekonomi,  orang ketiga yang wara wiri,  hingga rasa yang sudah tak cocok lagi.  Mungkin mereka lupa di balik perceraian dengan semua alasan ini itu selalu ada tipu daya syaitan.

Itulah mengapa,  menikah tak melulu modal cinta dan biaya,  tapi perlu peningkatan iman dan taqwa dari masa ke masa.

Perceraian itu bisa jadi sebuah ujung dari awal yang dimulai dengan tidak "benar". Tapi,  bisa jadi perceraian itu sebuah persimpangan yang dimanis-maniskan syaitan agar pasutri berbelok ke arah yang saling bertentangan.

Kapan sih ada pernikahan yang isinya melulu semanis madu??? toh,  kita menikah dengan sesama manusia kan yaaa???? bukannya dengan bidadari apa malaikat, jadi pahit manisnya pernikahan itu seharusnya mendewasakan cinta bukan justru memadamkannya.

Ah,  sudahlah. yang pasti,  pernikahan itu bukan dengan alasan apa engkau bercerai, tapi bagaimana kita menjaga pernikahan itu hingga bisa menjadi jalan kita menuju kebahagiaan abadi.


-Sarah Amijaya-
Tag : ,

Bersegera kemana.....

Seringkali kita, sebagai manusia terbalik dalam menempatkan prioritas hidup. Kita suka berpura-pura buta,  hingga tak sadar bersegera ke arah mana....

Coba kita ingat,  betapa kita seringkali merasa takut dan was-was jika terlambat datang ke kantor. Entah khawatir mendapati tunjangan yang dipangkas,  khawatir digunjingkan orang lain,  atau sekedar mengejar gelar "si teladan". 

Namun,  kita dengan perasaan biasa-biasa saja ketika sholat di akhir waktu atau justru melalaikan sholat sama sekali.

Kita,  manusia yang hina dina ini acapkali mengeluarkan kemampuan terbaik menghafal dan memahami semua aturan-aturan pemerintah,  tapi sedikit sekali mengerahkan kemampuan untuk menghafal dan mentadaburi kalam Allah ta'ala, surah-surah pendek sekalipun.

Kita,  manusia yang kebanyakan sok hebat ini senantiasa mampu meluangkan waktu khusus untuk menekuni hobby kita,  entah itu membaca,  berkebun,  main game,  main futsal,  dan lainnya.Tapi,  kita seringkali sok capek untuk sedikiiiiit saja meluangkan waktu merutinkan membaca Al Qur'an dan menghadiri majelis-majelis ilmu.

Kita,  makhluk yang sok kekinian dengan gadget canggih di tangan. Di mana seringnya gadget tersebut kita pakai untuk bersosmed ria dan mengikuti puluhan grup entah apa sekedar untuk memenuhi hasrat fomo. Dan kita malas serta merasa sia-sia mengikuti grup-grup majelis ilmu.

Ah,  kita,  memang manusia yang seringnya sok yes,  padahal kita hanyalah makhluk purba yang masih seringkali bingung arah...


-Sarah Amijaya-
Tag : ,

Tawananku yang cerdas...

image from: klik di sini
“Kaka udah sholat ashar belum???” demikian pertanyaan rutin saya kepada si sulung setiap saya pulang kantor di sore hari.

Meski ia hampir selalu menjawab sudah, entah mengapa saya masih terus menanyakan pertanyaan yang sama di setiap harinya.

Beberapa hari yang lalu, mendapati pertanyaan yang sama ia menjawab “Sudaaaah ummiiiii, biasanya juga sudahkan??? Kenapa sih tiap pulang nanya gitu, nggak percaya banget sama anaknya. Coba sih mi, nanya yang lain gitu.” Dia menjawab dengan nada yang sedikit terdengar bete.

“Hahaha…bukan nggak percaya sayang, hanya memastikan. Siapa tau kaka keasyikan main trus lupa sholat. Kan ummi cuman ngingetin. ”

“Yaela mi, masa sih Amma sampe lupa sholat cuman gara-gara main.” Jawabnya dengan gaya yang nggak pernah lupa sholat -padahal kalau hari minggu terkadang umminya harus jejeritan buat ngingetin sholat-

Jujur saja, mendengar protesnya hari itu saya jadi mengkaji ulang sikap saya terhadapnya, sulung saya, yang kurang beberapa bulan lagi akan berusia 9 tahun. Kadang saya lupa waktu dan terus menganggapnya anak kecil, sehingga bersikap over  protectif dan menjaganya seolah bayi yang baru belajar merangkak.

Saya juga jadi memikirkan kata-katanya, memangnya ibu-ibu pada umumnya nanya apa sih ketika pulang kantor???

Lagian pertanyaan rutin saya itu hanya turunan dari metoda pendidikan yang kami  -aku dan suamiku- terapkan kepada anak-anak kami kok. 

Merujuk metoda pendidikan yang dijabarkan shahabat Ali bin abi thalib radiyallahu anha, usia 9 tahun itu masuk kategori 7 tahun kedua (usia 7-14 tahun) dimana anak dididik seolah tawanan.

Tawanan????

Ya, tawanan. Dalam Islam kedudukan tawanan itu tetap terhormat loh. Ia mendapatkan haknya secara proporsional, tapi juga dikenai berbagai larangan serta kewajiban. Di usia inilah anak belajar kedisiplinan. Waktunya mereka mengetahui hak dan kewajibannya sebagai hamba Allah Ta’ala. Kewajiban sholat, berpuasa Ramadhan, menjaga pergaulan, batasan aurot, dan semisal, seyogyanya di ajarkan di usia ini.

Konon katanya, di usia ini anak sudah paham arti tanggung jawab dan konsekuensi tentang suatu hal. Hal-hal yang kita disiplinkan di masa-masa ini, itulah yang akan menjadi kecenderungan mereka kelak dewasa. Jadi, hingga usianya 14 tahun sepertinya pertanyaan uminya belum akan berganti tuh ^_^

Dalam kasus Amma, Alhamdulillah, selama kolokannya tidak kumat, ia cenderung memahami itu semua dengan baik. Ia sudah paham mengenai konsep halal-haram, wajib-sunnah-haram-makruh, dan lainnya. Nah dalam kasus kolokannya kumat, seperti anak-anak lainnya ia akan bersikap pura-pura tidak tahu, sekali-kali minta dipaksa untuk melakukan kewajiban rutinnya, dan kadang kala dengan sengaja atau tidak ia mengabaikan hal-hal tersebut.

Terlebih, didukung minat bacanya yang nyaris menyaingi umminya ini, nalarnya kadang memproses premis-premis yang membuatnya menang ketika bernegosiasi dengan aturan yang diterapkan umminya. 

Seperti suatu malam, tiba-tiba ia bertanya “Ummi, ummi pilih mana anak yang berguna di dunia apa di akhirat?” 

Saya jelas waspada, mengingat track recordnya selama ini. Maka saya pun menjawab “berguna dunia akhiratlah.”

“iyalah, tapi lebihnya yang mana? Lebih berguna di dunia apa di akhirat???” tanyanya lagi dengan nada yang lebih mendesak.

“Yaaa, di akhiratlah….”

 Ini jawaban ummi belum selesai, ia langsung memotong dengan sangat cepat dan fasih:
“Naaah….itu makanya. Amma ini insyaallah berguna loh di akhirat. Amma akan doain ummi, trus insyaallah juga bisa bawa ummi dan keluarga kita ke syurga, amma kan menghafal Qur’an. Makanya kalu kadang Amma malas bantuin kerjaan rumah itu nggak seberapalah ya. Kan itu cuman urusan dunia.”

Ckckckck…..alangkah cerdas tawananku yang satu ini...*_*

Ok, whateverlah nak. Yang pasti teruslah bertumbuh menjadi gadis sholehah….!!!


"Aku iri", katanya...

Tiba-tiba,  suamiku bertanya "dek,  si x (menyebut nama salah seorang juniornya di kampus dulu) dulu barengan kamu ya LK II-nya?"

"Heeh,  kenapa?" jawabku pendek.

"pernah pdkt sama kamu ya?" tanyanya lagi.

"Hmmmm,  kirain nggak tau" jawabku cengar-cengir,  tapi tumben si ayank mukanya serius banget.

"Dia,  salah satu dari orang yang abang iriin."

Nah,  itu kabar baru buatku. suamiku iri sama orang yang konon, dulu kala di zaman bahula, diduganya pernah pdkt padaku.

"why?" tanyaku pendek.

Alih-alih menjawab,  ia menyodorkan smartphonenya ke hadapanku.

Mendapati profile si x di akun facebooknya,  awalnya aku bingung,  apanya yang diiriin. We are not type people who care about how rich some others. 

Belakangan aku baru ngeh,  si x ternyata sudah berhasil membangun sebuah pesantren modern. Nah,  itu baru sesuatu yang pantas diiriin.

Iri itu konon baik,  jika objeknya sesuatu yang berorientasi pada akhirat. Iri yang model begini, adalah iri yang dianjurkan. This feeling can make us,  use our best effort to be better. Nggak mesti with same way lah. Beramal saja sesuai kemampuan masing-masing,  yang pasti rasa iri itu bisa menjadi pelecut untuk kita semakin giat menambah pundi-pundi bekal menuju kampung akhirat.

"So,  dia dulu tanya apa aja ke kamu?" jiaaaah......interogasinya masih berlanjut ternyata.....

No matter what, Our love is a story...

Putri api versus putri gentong

"Ummi ayo cerita lagi...", desak putri keduaku sesaat sebelum ia bersiap memejam mata.

" okeeh....cerita apa kita malam ini?" Aku menjawab dengan semangat yang masih full charged.

"Itu loh mi, lanjutan Putri api dan putri gentong...." jawabnya semangat. Sayangnya, jawaban penuh semangat itu dibalas dengan kebengongan si emak "cerita apaan tuh?" 

"yaaah...ummi payah deh,  yang ceritakan ummi,  masa lupa? padahal ceritanya seru tau." 

wew,  si putri dah cemberut aja,  sementara emaknya  garuk-garuk kepala yang mendadak jadi gatal.

Melihat tingkat kemajuan bibir mungilnya,  sepertinya ingat tidak ingat, itu kisah musti berlanjut.

Syukurlah,  si kakak yang sedari tadi cuek bebek mendadak bersuara,  "itu loh mi,  cerita putri-putrian,  yang menyindir kita-kita ini. putri api tuh si rofi yang selalu kepanasan dan marah-marah.kalu putri gentong itu ya siapa lagi anak ummi yang gendut kalu bukan Amma. trus,  putri api itu minta air sama putri gentong biar apinya padam, putri gentong mau ngasih tapi ada syaratnya gitu. makanya ummi itu kalu lagi cerita jangan pake ngantuk,  aneeeeeh tau ceritanya. ngaco gitu."

Ngik...ngook.....

Si emak nyaris ketawa ngakak,  itu kalimat panjang gitu,  diucapinnya dengan nada super lempeng dah. Matanya juga nggak beranjak dari lembaran-lembaran di tangannya.

Anyway,  ternyata emak-emak yang lagi ngantuk itu daya imajinasinya jadi keren gitu yak??? xixixi

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -