Posted by : Sara Amijaya Wednesday 20 August 2014

Tahun ini Amma genap 7 tahun. Tahun ini pula atas keinginannya sendiri, ia pindah sekolah, dari sekolah umum ke sekolah Al-Qur'an berbasis Home Schooling. HS Al Qur'an ini memang memprioritaskan anak-anak untuk menghafal dan mengkaji Al-Qur'an.  Pelajaran umum yang masih rutin di pelajari hanya Matematika, Sains, dan Bahasa Indonesia.

Matematikanya adalah matematika dasar, berkutat seputar pengurangan, penambahan, pembagian, dan perkalian. Sampai 2 tahun mendatang hingga Amma duduk di kelas 4 (insyaallah), ia tak akan mengeryit kening memahami rumus-rumus aljabar.

Bahasa Indonesianya, karena Amma sudah lancar membaca adalah sejarah Islam dan sirah Nabawiyah. Tentu saja dalam bahasa yang sudah disederhanakan.



Untuk sains sendiri, mereka tak berkutat pada teori tapi langsung percobaan-percobaan sederhana yang dilakukan setiap minggu. Sesekali di selingi dengan menontot film dokumenter atau film sains.
Terkait acara menonton itulah, laporan ustadzahnya membuatku tersenyum-senyum.
"Umm, itu Amma selama pemutaran film gak bisa diam, adaaaa aja yang ditanyain. Padahal sih ada tuh ntar sesi tanya jawabnya."
"Ustadzah kalu bumi muter segitu kencengnya kenapa kita gak ikut muter-muter atau jadi pusing?"
"Ustadzah kenapa bola yang kita lempar ke atas jatuh ke bawah?"
"Ustadzah kenapa ada benda yang mengapung juga ada yang tenggelam?"

Untungnya si ustadzah adalah sosok yang sudah akrab dalam keseharianku, aku juga mengenalnya di luar kapasitasnya sebagai ustadzah di sekolah anakku. Hal ini menguntungkan, karena sebelum mengajar Amma, ia sudah mahfum bahwa Amma anak yang super kritis.

Ia bahkan bisa bertanya dalam kondisi apapun, dan pertanyaannya sama sekali gak ada hubungannya dengan apa yang sedang dilakukannya.
 Pernah ketika hendak mandi ia bertanya "ummi petaka itu apa?".
"Petaka itu sama dengan bencana, kecelakaan, penderitaan, ya hal-hal buruk yang datang menimpa gitu. Kenapa nanya gitu?" ummi menjawab dengan tangan penuh busa sabun.
"Oh, oke kalu begitu Amma akan menghindari petaka di kamar mandi..." ia pun berlalu dengan santainya. Doeeeng....

Belakangan, aku sadar. Amma  sering bertanya tentang arti istilah-istilah baru yang didengar atau dibacanya untuk kemudian memadu madankan kata baru tersebut dalam kalimat-kalimat kesehariannya.
Karenanya terkadang bermunculan kalimat-kalimat tak biasa dalam kondisi biasa di kesehariannya.

Jika sedang bertanya ia bahkan rela membuntutiku kemana-mana untuk mendengarkan jawaban saat itu juga. Ketika aku sedang menyapu misalnya, maka ia akan mengikutiku sepanjang rumah, dan tetap memberondongku dengan berbagai pertanyaan.


Beberapa hari lalu, aku terkaget-kaget dengan pertanyaannya yang tiba-tiba. Saat itu ia baru bangun tidur, dan aku mengingatkannya untuk shalat Ashar. Sebuah pertanyaan yang membuatku siaga dan duduk manis di hadapannya untuk memberi penjelasan sejelas-jelasnya.

"Ummi, kenapa Allah menciptakan orang baik dan orang jahat? Kenapa gak baik semua?"

Hmmmm, jujur saja aku kesulitan merangkai kalimat-kalimat sederhana agar mudah dipahaminya.
Bismillah...
"Semua perbuatan Allah itu baik dan penuh hikmah, pasti ada manfaatnya. Orang-orang jahat dan atau makhluk-makhluk yang membawa keburukan seperti hewan-hewan berbahaya, penyakit, bencana, kemiskinan, dll pada dasarnya adalah objek sebuah takdir Allah Ta'ala. Jika dilihat untuk manusia itu semua memang keburukan, makanya kita melihatnya sebagai takdir Allah, ketetapan Allah, kekuasaan Allah, maka seluruh hal tersebut adalah baik. Karena Allah tidak menetapkan sesuatu kecuali untuk sebuah hikmah, nah hikmah itu ada yang kita ketahui ada yang tidak."

"Jadi mi, intinya apa?" Ooh oke, ummi terlalu mbulet ya nak *emak rempong udah garuk-garuk kepala.

"Jadi intinya. Ada orang baik dan ada orang jahat itu biar kita bisa mengambil pelajaran. Misal nih ada anak  yang gak dengerin nasehat umminya untuk gak lari-larian di jalan raya, trus dia  tetiba ketabrak motor. Amma jadi dapet pelajaran gak dari kejadian itu? Atau kalau Amma tahu bahwa orang kafir, orang jahat nanti akan masuk neraka, Amma masih mau jadi orang kafir atau orang jahat gak?"

"mmm, iya...iya....mulai paham. Kalau ada orang jahat kita jadi semangat ya jadi orang baik" lagaknya pake ngangguk-ngangguk kayak orang besar. Sementara Ummi udah was-was aja gegara gayanya yang masih berlagak mikir. Walah pasti masih nanya lagi nih.

"Trus orang jahat itu bisa gak jadi orang baik?" tuuuh kan masih nanya...

"Bisa dong, kalu Allah memberinya hidayah."

"Hidayah itu apa????"

"hidayah itu petunjuk dan bimbingan langsung dari Allah."

"Ya Allah, beri Amma hidayah biar gak malas sholat. Aamiin...." setelah berdoa dia bangkit sendiri untuk berwudhu.

Umminya mulai paham, tadi itu lagi terserang malas sholat toh. Oalah....


Saat menulis ini aku baru teringat bahwa aku lupa menyampaikan poin pentingnya bahwa yang dituntut dari kita, manusia, hamba Allah adalah untuk mengimaninya bahwa hal-hal tersebut (baik, buruk, orang baik, orang jahat) merupakan takdir Allah yang Maha Adil dan Bijaksana.

Dan bahwa di Al-Quran Allah telah mengarahkan kita untuk tidak terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan serupa. Hendaknya kita tunduk dan menyerahkan diri, sembari tetap berusaha.

Allah Berfirman:
 
 
(لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ) [الأنبياء:23]
 
Artinya: "Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai". QS. Al Anbiya': 23.

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -