Posted by : Sara Amijaya Friday 17 January 2014




“Yaa...kok ditolak sih?” protes itu terlontar dari teman kostku.
Seperti biasa aku hanya cengengesan gak jelas dan menjawab santai  “Habis, dia minta aku jadi pacarnya sih. Kan aku kaga nyari pacar tapi nyari suami...” kalimatku itu menuai cibiran dari bibir temanku itu.

Beberapa kali mendengar alasan yang sama, rupanya ia masih menganggapku bercanda. Wajar sih usiaku masih belasan tahun kala itu. Tapi begitulah sejak memutuskan mengenakan jilbab, juga mempelajari islam dengan lebih baik aku memutuskan pacarku dari zaman putih abu-abu dan berazzam untuk serius menuntut ilmu dan tentu saja “hunting” suami ^_^. Misi yang sebenarnya kunyatakan terang-terangan tapi herannya tidak ada yang mempercayainya.

Pria yang saat ini membersamaiku pun kukenal dimasa-masa itu. Aku mengenalnya sejak semester 3, sementara  saat itu ia tengah menyusun skripsinya.

Dia salah satu petinggi di organisasi ektrakampus yang kuikuti.

Dia orang yang tersenyum dan mengucapkan selamat dengan tulus kala celana panjangku berganti rok dan akhirnya bertransformasi menajdi gamis lebar. 

Dia orang yang mendoakan agar aku istiqomah dengan jalan yang sudah kupilih. Meski tidak satu dua orang yang menyebutku sekedar berganti-ganti “casing”.

Dia pula orang yang dulu dengan iseng menjejeri langkahku dan menyanyikan potongan lagu yang syairnya ‘nggak banget’ itu.

Dia itu juga orang yang dulu dengan pedenya mengenalkan diri sebagai “Hua Ce lei”. Entah ada yang membocorkan bahwa aku mengidolakan aktor itu atau memang dia makhluk super pede yang berbakat cenayang *_^.

Dia adalah orang yang dengan santainya tertidur di tengah rapat suksesi yang hinggar bingar. Dan ketika bangun, herannya tetap nyambung dengan semua yang telah terjadi.

Dialah satu-satunya pria yang memberiku buku, sementara pria-pria lain memilih coklat, makanan, ataupun perhiasan. Mungkin hanya dia yang berhasil memindai kekutubukuanku yang sebenarnya super akut.

Dia adalah pria angkuh yang kengkuhannya entah mengapa membuatku nyaman.


Dan dialah pria yang membuatku yakin untuk menerima pinangannya. Karena katanya:  “Menjawab iya atas pinanganku berarti menyetujui tiadanya kata putus, karena aku memintamu menjadi istriku bukan menjadi pacarku. Menjawab iya atas pinanganku berarti siap berkomitmen atas sebuah perjanjian yang kuat, yang tatkala kita mengikrarkannya maka Arsy Allah pun berguncang. Menerima pinanganku berarti siap untuk menjadi istriku di dunia dan akhirat, insyaallah”

Dan bagiku sendiri menjawab iya atas pinangannya bukanlah sebuah pilihan,  melainkan  hasil istikharah panjang yang kulakoni.
 

Ya, dialah orang yang pada akhirnya membuatku mengatakan dengan riang : "Alhamdulillah, Finally i found you... "

 Dan begitulah, pilihan yang ketika memilihnya menyertakan Allah dalam prosesnya insyaallah dalam perjalannya akan tetap dibersamai oleh-Nya.

 "tulisan ini disertakan dalam Giveaway Novel Perjanjian yang Kuat"

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -