Posted by : Sara Amijaya Monday 12 August 2013

Hi, aku sarah ^_^
Dengan bangga aku mengatakan aku adalah salah satu putri Kalimantan ^_^.

Lahir dan tumbuh besar di salah satu pelosok bumi Borneo,  jelas membuatku akrab dengan beragam tumbuhan dan pepohonan. Bahkan saat kecil sekitar rumahku masih di kelilingi hutan, kami tak punya banyak tetangga. Jarak satu rumah ke rumah lain masih sangat jauh.

Dengan kondisi yang masih sangat alami tersebut, penduduk daerahku hampir-hampir tak mengenal obat-obatan kimia. Lantas, apakah aku tak pernah sakit? Hohoho…jangan salah kawan, sedari kecil aku justru sering sakit-sakitan (JANGAN DITIRU, ini adalah contoh penerapan rasa bangga yang amat sangat keliru).

ramuan tradisional
Aneka tumbuhan berkhasiat
Gambar dari sini
Tentu ketika sakit datang, penanganan pertama yang diberikan keluargaku adalah penanganan secara tradisional. Dan begitu saja semak belukar, umbi-umbian, dan aneka dedaunan dari pohon ini dan itu berubah menjadi racikan obat. Entah sekedar  dibalurkan di tubuh maupun yang dengan terpaksa harus kuminum.

Untuk penyakit-penyakit yang biasa menerpa semisal flu, aku cukup menyukai racikan obat yang dibuatkan nenekku. Beliau biasanya menggeprak beberapa potong jahe dan merebusnya dalam larutan gula merah. Kemudian memaksaku meminumnya setelah mencampurnya dengan susu kental manis. Sungguh,  racikan ini sih aku segan menolaknya, bagaimanapun rasanya maknyusss ^_^.  Setelahnya nenekku akan memotong seruas kunyit,  mengolesinya dengan kapur sirih dan kemudian mencincangnya sedikit untuk seterusnya dibalurkan di hidung dan keningku. Ya mampet karena flu biasanya jauh berkurang tapi tetap saja aku tak menyukai warna kuning yang menempel di bagian wajahku tersebut.

Semakin aku dewasa, kemajuan medis di daerahku terus berkembang. Puskesmas dan Rumah sakit sudah berdiri. Dokter-dokter spesialis bahkan sudah mulai berdatangan. Namun, tetap saja keluargaku sebisa mungkin masih memilih pengobatan tradisional yang terus diwariskan secara turun-temurun. Dan aku sebagai bagian dari keluarga besar tersebut mau tidak mau mengikuti pola yang sudah ada.

Suatu waktu di usia sekolahku, tanganku terkilir cukup parah. Mengakibatkan bengkak di bahu kananku dan kupikir satu dua tulangku pastilah mengalami pergeseran posisi. Dalam kondisi demikianpun  keluargaku tak  membawaku ke puskesmas atau Rumah sakit. Mereka lebih suka menanganiku sendiri. Daun kucai, kencur, dan bawang merah yang telah dihaluskan dicampur dengan tepung terigu yang telah disangrai, dan kemudian dilarutkan dengan sedikit air. Campuran itulah yang dibalurkan pada bagian tubuhku yang terkilir. Memang proses untuk sembuh total memakan waktu yang cukup lama, sekitar 1 bulan. Tapi bagaimanapun it’s work. Aku sembuh sempurna ^_^.
Daun kucai
Gambar dari sini

Ketika  aku kuliah di pulau Jawa dan kemudian menikah dan meninggalkan kampung halamanku. Sedikit demi sedikit kebiasaan dan warisan pengobatan  tradisional yang biasa kuterapkan mulai bergeser. Kesibukan yang padat dan kelangkaan tanaman-tanaman obat di kota besar membuatku mulai mengikuti  trend yang ada. Menggunakan obat-obat kimia yang beredar bebas dan dapat menghilangkan rasa sakit secara cepat.

Namun, seiring dengan teknologi yang semakin berkembang dan mengakibatkan bermacam ketidakseimbangan dalam kehidupan, penyakit-penyakit baru yang sebelumnya tak dikenal mulai bermunculan. Dengan demikian kehidupan yang sehat menjadi sesuatu yang mahal harganya dan terbilang langka. Tentu penanganan utama terhadap penyakit-penyakit ini biasanya dengan mengkonsumsi obat-obatan kimiawi. Beragam obat kimiawi memang sudah beredar, namun pemakaiannya harus diperhatikan agar tidak berdampak negative, atau malah mengakibatkan penyakit lainnya seperti gangguan pada ginjal ataupun hati.

Kemunculan beragam penyakit baru ini menjadi alasan pergeseran paradigma pada kehidupan modern mengenai obat-obatan. Dengan mengusung slogan “back to nature”,  masyarakat Indonesia mulai menyadari pentingnya mengkonsumsi obat-obatan tradisional yang tidak ada efek sampingnya meski digunakan dalam jangka panjang. Bahkan beberapa program acara di televise secara khusus membahas mengenai penggunaan ramuan tradisional dan menelaahnya secara ilmiah.

Suamiku kebetulan tumbuh besar di salah satu kota besar di kepulauan Sumatra. Lingkungan keluarganya sebagian  besar adalah orang-orang yang sadar dan memiliki pengetahuan cukup baik seputar medis. Maka, jika sedikit saja ada keluhan seputar kesehatan suamiku akan selalu siaga membawaku atau anak-anak ke dokter. Adalah penting menurut suamiku untuk mengetahui kondisi kesehatan kita secara tepat. Jika setelahnya dipilih jalur pengobatan tradisional atau modern ya itu hanyalah sebuah ikhtiar untuk mencapai kesembuhan.

Seorang kawan mengisahkan kepadaku. Suatu waktu ayahnya terus-terusan menderita sakit perut yang sakitnya tak tertahankan. Si ayah dengan pikiran konvensionalnya terus menduga-duga bahwa dirinya telah disantet dan atau sejenisnya . Maka dengan usaha keras kawanku tadi berhasil membujuk si ayah untuk memeriksakan diri ke Rumah sakit dan ternyata beliau menderita pembengkakan hati yang cukup parah. Setelah mengetahui kondisi pasti tentang penyakit yang diderita ayahnya, kawanku memberikan obat-obat yang telah diresepkan dokter tapi juga membiarkan ayahnya mengkonsumsi ramuan tradisional berupa rebusan temulawak, sambiloto dan akar alang-alang. Alhamdulillah semakin hari kondisi sang ayah telah mengalami kemajuan.
manfaat alang alang
Tanaman alang-alang
Gambar dari sini

Dari kisah kawan tersebut membuatku sepakat dan sepaham dengan suamiku. Ya, penting bagi kita untuk memeriksakan diri secara medis jika suatu keluhan dalam hal kesehatan menghampiri kita. Dengan mengetahui jenis penyakit secara tepat memudahkan kita memilih dan  mencari pengobatan yang tepat pula. Bahkan melalui pengobatan tradisional sekalipun. Atau memadukannya dengan obat-obatan kimiawi.


Bagaimanapun negri kita dianugerahi dengan beragam kekayaan alam yang sebagian besar darinya terbukti memiliki khasiat sebagai penyembuh. Meski hidup di zaman kekinian dengan segala kemodernannya termasuk di bidang medis, bagiku tidaklah serta merta berarti meniadakan beragam ramuan tradisional. Ramuan tradisional yang lebih di kenal dengan jamu ini, adalah warisan budaya turun temurun yang sudah ada sejak zaman dulu kala. Tentu kita ingat Ra Tanca, seorang tabib ahli pengobatan terkenal di masa kerajaan Majapahit. Ini menunjukkan bahwa ramuan tradisional telah ada dan digunakan sejak zaman dulu kala. Dan sekarang aneka jamu ini tampil dengan kemasan yang menarik dan higienis. Baik dalam bentuk bubuk maupun kapsul. Kita tak lagi perlu repot-repot meraciknya sendiri tatkala membutuhkan.

 Namun, kita tetap perlu mewaspadai aneka jamu dalam bentuk kemasan ini. Karena kembalinya minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamu-jamuan ini ternyata menciptakan celah bagi pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk menuai keuntungan dengan cara tak laik. Sudah mahfum berdasarkan beberapa penelusuran terpercaya bahwa beberapa jamu kemasan yang beredar di pasaran ternyata dicampur dengan bahan kimia yang jika dikonsumsi bisa berakibat lebih fatal ketimbang obat-obatan kimia itu sendiri.

Maka menjadi penting bagi masyarakat untuk memilih dan mengkonsumsi jamu yang sudah halal dan legal, yang dibuktikan dengan serttifikat halal dari MUI. Dan adalah lebih baik lagi jika masyarakat mampu mengolah sendiri ramuan tradisional yang akan dikonsumsinya. Tentu dengan mengikuti resep terpercaya seperti yang telah diuji cobakan para ahli. Resep-resep yang memuat takaran tepat ramuan tersebut sekiranya telah banyak dan mudah diakses melalui buku-buku yang tepat ataupun situs-situs online terpercaya.

Masyarakat juga bisa mengunjungi pusat studi biofarmaka IPB,  yang juga merupakan pusat pengembangan dan penelitian aneka tanaman tradisional Indonesia dan khasiatnya. Dimana dengan adanya biofarmaka IPB ini semakin menumbuhkan kepercayaan di tengah-tengah masyarakat bahwa setiap ramuan tradisional yang dipercaya berkhasiat telah di telaah secara ilmiah dan kemudian dikembangkan oleh sebuah pusat studi yang  terpercaya pula.

Dan perlu kita sadari mengkonsumsi ramuan tradisional memberi efek yang sangat jauh berbeda dengan obat-obatan kimiawi. Ramuan tradisional biasanya bersifat membangun sehingga membutuhkan waktu lama untuk memperoleh hasilnya. Sementara obat-obatan kimiawi hanya bersifat menghilangkan rasa sakit, hingga hasilnya lebih cepat kelihatan.

Berdasarkan pengalamanku dalam mengkonsumsi ramuan tradisional, setidaknya ada 3 tahapan dalam proses pengobatan ini. Yang pertama adalah membersihkan toksin, biasanya setelah mengkonsumsi ramuan tradisional akan ada efek tak menyenangkan seperti panas tinggi, muntah atau pusing. Hal ini adalah wajar menunjukkan bahwa ramuan sedang bekerja. Setelah semua racun terbuang tahap selanjutnya adalah membangun atau menyembuhkan organ yang rusak, hal ini berarti kondisi tubuh kita mulai distabilkan. Dan yang terakhir pengkonsumsian ramuan tradisional menjaga kondisi tubuh kita agar selalu fit.

Aku pribadi memilih pengobatan bergantung pada situasi dan jenis penyakit. Misalnya jika anak-anakku flu maka aku tak segan-segan menuruti apa-apa yang telah diwariskan nenek dan ibuku. Tapi dalam kasus mereka menderita demam aku memilih langsung memberi mereka sirup penurun panas ketimbang membaluri mereka dengan parutan bawang merah sebagaimana ibuku dulu biasa memperlakukanku demikian tatkala demam menyerang. Bukan apa-apa, anak-anakku adalah penderita alergi, jika aku memaksa membaluri mereka dengan ramuan tersebut, maka yang terjadi adalah tubuh mereka akan memerah dan gatal-gatal. Atau ketika beberapa tahun lalu dokter menyarankanku untuk operasi karena terdapat darah beku di bagian pipiku, aku memilih meminum kapsul-kapsul herba P***r C******r.  Alhamdulillah aku sama sekali tak perlu menjalani operasi yang disarankan tersebut.

Begitupun pasca melahirkan, meski  telah meminum vitamin yang diresepkan dokter, bagiku tetap tidak afdol jika belum mengkonsumsi  jamu habis melahirkan. Dan entah mengapa pengkonsumsian beragam racikan tradisional itu di sepanjang usiaku membuatku merasa “Indonesia” banget ^_^.


Daftar Pustaka:
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection
http://biofarmaka.ipb.ac.id/publication/journal 
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-info/501-info-jamu-as-world-cultural-heritage-2013

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -