Posted by : Sara Amijaya Friday 23 November 2012



“Gue ODHA meski tercekat dan tak percaya kala mendengar kalimat singkat itu meluncur cepat dari bibir pria muda  itu, aku cukup menguasai diri dengan tidak menarik tanganku yang terulur tepat di hadapannya. Melihatku yang masih mematung dengan tangan terulur di depannya dia menyalak lagi “ lu gak ngerti ODHA ya?” suaranya kering dan kasar. 


Aku tersenyum “Orang dengan HIV/Aids kan? Trus kenapa? Ayolah, pegel nih aku, mau salaman gak?” masih tersenyum aku berusaha mencairkan keadaan. Dengan malas ia menyentuhkan sedikit tapak tangannya padaku dan dengan cepat menariknya lagi. Membuat senyumku mengembang lebih lebar “gitu dong…” .

“Lu gak takut ketularan?” ia mulai melunak. Kontan aku terbahak “ya gak lah, emang jabat tangan bikin HIV nular? Ngaco kamu…”

“Kirain….., biasanya kalu orang-orang tau aku ODHA boro-boro mau salaman, ngelirik aja mereka ogah sepertinya aku ini hal paling menjijikkan di dunia” meski dia mengucapkannya dengan sangat datar aku tau ada kegetiran jelas merajai hatinya.

Dia, sebut saja El. Sahabat pena yang kukenal lama sejak aku dibangku SLTP. Dan saat aku melanjutkan study S1 di Jogjakarta itulah kali pertama aku bertemu langsung dengannya. 

El, jelas bukan orang dengan gaya hidup beresiko tinggi. Aku tau pasti ia bukan penganut paham free sex, dia juga tak menunjukkan tanda-tanda sebagai pengguna obat-obatan terlarang. Sejujurnya aku tak percaya ia  ODHA

Belakangan ia baru bertutur, ia mendapatkan virus tersebut pada sebuah acara baksos dimana ia mendonorkan darahnya. Mungkin saja salah satu jarum suntik yang digunakan pada acara tersebut telah terkontaminasi salah satu pengidap HIV/AIDS. Huaaa…..ironis banget, aku gak kuasa menahan tangis kala itu. El orang baik. Sahabat terbaik yang aku punya. 

Menemani El, di setiap detik hidup yang katanya sudah "terkontaminasi" membuatku seringkali berurai tangis. Bahkan flu ringan membuatnya sungguh-sungguh tak berdaya. Dan dalam keadaan seperti itu , ia tetap bisa menyemangatiku di setiap keluh ala anak rantauku yang tak pernah usai. El, mengajariku menerima dan mensyukuri setiap detik hidup yang masih diberi. Ditengah fisik yang semakin menurun kekebalan dan kemampuannya El tetap melakukan banyak hal, untuk orang lain, untuk anak-anak yatim, untuk keluarganya. Dan ketika ia harus menyerah pada taqdirnya, El memberiku kristal yang selalu terjaga di hatiku "jangan pernah mati sebelum kematian itu datang". Kristal kekuatan yang membuatku tak pernah berkata menyerah.
Satu yang juga menjadi warisan abadinya, hingga detik ini aku tak pernah sekalipun  berani mendonorkan darahku. Kisah El membuatku trauma, terlebih setelah kematiannya selang 2 tahun pertemuan pertama kami itu. 

Mengenal El, membuatku miris dengan kondisi zaman dimana Indonesia merupakan salah satu Negara dengan peningkatan pengidap HIV/AIDS tertinggi di Asia. Terlepas dengan penetrasi budaya Barat yang membuat prilaku masyarakat bergeser, aku jelas memaknainya sebagai degradasi keimanan umat. Ketika nilai-nilai agama sekedar diketahui dan diterapkan secara parsial, jelas menghasilkan kerusakan di berbagai lini hidup. Dan aku pribadi meyakini berkembangnya virus HIV/AIDS adalah sebuah hasil hukum sebab akibat. Dan adalah sebuah keironisan ketika korban-korban polos semisal El terus bertambah dengan berbagai cara disadari maupun tidak.

Terkait dengan masalah HIV/AIDS, remaja dewasa ini justru menjadi pihak yang paling peduli. Beragam pertanyaan mereka lontarkan terkait masalah HIV/AIDS. Entah kepada guru atau orang dewasa lainnya. Namun, pola pikir masyarakat kebanyakan yang masih menggangap tabu  pendidikan sexs dan penjelasan HIV/AIDS, membuat para remaja lebih memilih teknologi digital semisal google atau yahoo sebagai solusi praktis untuk menjawab setiap keingintahuan mereka yang teramat besar. Disinilah media online berperan penting untuk bisa memberi informasi sejelas dan seakurat mungkin tanpa manipulasi fakta.

 Bagi saya pribadi besarnya animo remaja ini memiliki dua indikasi berbeda. Pertama mereka memang care dan beware terhadap masalah ini. Atau mereka justru merupakan bagian yang terlibat aktif dalam aktivitas sex bebas yang merupakan mediator penular terbesar   virus mematikan ini selain penularan melalui pemakaian jarum suntik bersama pada para pengkonsumsi narkoba.

Kawula muda kita yang terus dibombardir dengan  kemudahan teknologi yang menyebabkan mereka bebas mengakses berbagai hal tanpa filter yang baik, membuat kebanyakan mereka mulai aktif dengan kegiatan seksual pada masa awal pubertas. Mereka, tanpa pendidikan sex yang tepat dan lugas jelas mudah terjerumus pada aktivitas sex bebas yang berarti kemungkinan untuk penularan HIV/AIDS menjadi tinggi.

Karena hal inilah Unicef memfokuskan kaum muda sebagai sasaran pencegahan penularan HIV AIDS melalui pendidikan sex, dan Indonesia turut melakukannya. Hanya saja aku pribadi jelas tidak menyetujui program bagi-bagi kondom gratis yang dilakukan beberapa waktu lalu. Hal itu jelas melegalitas bahkan menganjurkan free sex. Jika toh kondom memang mampu mencegah atau meminimalisir penularan HIV/AIDS, jelas kondom tidak mampu mencegah dosa atas tindak sex pra nikah baik dengan satu patner terlebih multi patner.

Pendidikan sex diikuti penempaan mental dan pendekatan spiritual adalah sebuah cara efektif menumbuhkan kesadaran dan pemahaman kepada generasi muda. Dan adalah keluarga yang merupakan lingkungan pertama bagi anak yang seyogyanya sudah terlebih dahulu menanamkan nilai-nilai spiritual, dan menerapkan pola pendidikan yang tepat termasuk pendidikan sex. 

Tahap lanjutan adalah memilihkan sekolah yang memiliki kesamaan visi dalam hal ini. Sekolah merupakan lingkungan nomor dua, dimana disanalah karakter seorang anak turut terbentuk. Dengan basic yang kuat dan pemahaman yang cukup dari dua lingkungan ini diharapkan ketika terjun dan bersosialisasi langsung dengan masyarakat, anak telah memiliki alarm aktif yang akan otomatis menyaring hal-hal yang baik atau buruk, tepat atau tidak tepat bagi hidup dan masa depannya. 

Bagaimanapun aku masih sangat meyakini, hanya dengan menumbuhkan pemahaman individulah virus ini bisa dicegah untuk terus menular. Dan dengan sangat bahagia aku mengikuti berbagai perkembangan dimana ODHA sudah lebih diterima dalam masyarakat. Karena kepedulian membuat ODHA merasa lebih baik. Mereka telah cukup menderita dengan apa yang mereka derita, taklagi perlu ditambah dengan hukuman sosial yang sama sekali tidak membantu apa-apa.

Dan setelah kisah panjang lebarku tersebut diatas, aku percaya masih banyak kesimpang siuaran di tengah masyarakat mengenai  ODHA, maka beberapa hal terkait HIV/AIDS aku rangkum disini, semoga bermanfaat.

·         Apa sih HIV itu?
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan menggantinya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak bisa digunakan lagi. Sel darah putih sangat dibutuhkan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak mempunyai pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.

·         Apa sih AIDS itu?
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV memerlukan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.

Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. Ketika kita terkena Virus HIV, kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

·         Siapa Saja yang bisa terkena AIDS?
Semua orang bisa terkena AIDS dari bayi yang baru lahir hingga para manula. Terlebih mereka yang mempunyai perilaku beresiko tinggi

·         Apa yang dimaksud perilaku beresiko tinggi?
Penganut sex bebas,  memiliki lebih dari satu pasangan seksual
Berbagi jarum suntik baik untuk menyutikkan obat-obatan, tattoo atau  menindik badan.

·         Bagaimana cara melindungi diri sendiri dari AIDS?
Menjauhi Free sex
Setia pada satu pasangan
Menjauhi pemakaian obat-obatan terlebih pemakaian bersama jarum suntik
Selalu minta jarum baru untuk suntikan pada pusat-pusat pelayanan kesehatan ( ini adalah hak anda ) juga untuk tattoo atau tindik
Dan jika anda memerlukan transfusi darah mintalah dokter anda untuk memeriksa apakah darah donor tersebut bebas AIDS ( ini juga merupakan hak anda)

·         Apakah berinteraksi dengan ODHA akan menularkan HIV/AIDS?

AIDS tidak mudah ditularkan karena virusnya harus masuk kedalam aliran darah. Anda tidak akan terkena AIDS bila melakukan kegiatan sosial seperti :
Duduk berdampingan dengan orang lain
Makan atau mandi bersama
Bersalaman dan berpelukan
Dan ingat ya Nyamuk itu tidak menularkan AIDS!

·         Bagaimana mengetahui seseorang mengidap HIV/AIDS?
Orang yang terkena HIV positif (yaitu tahap pertama dari penularan  AIDS) tidak menunjukkan gejala-gejala, seringkali selama bertahun-tahun
Hanya ada satu cara untuk mengetahui apakah seseorang terkena HIV positif yakni melalui tes darah virus HIV.


Masih ada yang ingin diketahui mengenai HIV/AIDS sila googling aja  ya ^____^




"ODHA berhak hidup bersama masyarakat lainnya, menjauhi dan mengasingkan ODHA adalah tindak yang sama sekali tidak berprikemanusiaan^___^"

Save ODHA
Powered by Goole
                                                                                              ( Ditulis untuk sahabatku, El. I miss u…..)



- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -